Senin, 20 Januari 2014

peristiwa





TUGAS KONFLIK DAN INTEGRASI NASIONAL
ANALISIS “ KEKUASAAN REVOLUSI PRANCIS”




DISUSUN OLEH :
NAMA        : SULIPAH
  NIM                     : 3401412035
                                              ROMBEL   :  01

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
TAHUN AJARAN 2013
                       


        

SEJARAH REVOLUSI PERANCIS

*      Keadaan Eropa sebelum Revolusi Perancis
Salah satu ajaran yang berpengaruh di Eropa sebelum Revolusi Perancis adalah ajaran Niccolo Machiavelli. Ajarannya mendukung kekuasaan raja secara mutlak. Ia menulis dalam bukunya yang berjudul II Principe (atau The Prince artinya Sang Raja). Dalam bukunya digambarkan tentang kekuasaan seorang raja yang absolut dengan kekuasaan tak terbatas terhadap suatu negara, termasuk harta dan rakyat yang berada di dalam wilayah kekuasaannya. Ajaran Machiavelli berkembang di Eropa sekitar abad ke-17 dan dianut oleh raja-raja dari Eropa seperti Raja Frederick II, Tsar Peter Agung, Kaisar Joseph II, Raja Charles I dan juga raja-raja Louis dari Prancis.

1.      Raja Frederick II (1740-1786) dari Prusia
Di dalam usaha untuk membina kekuasaan yang tak terbatas, Raja Frederick II memajukan dan memperkuat sebuah Kerajaan Prusia agar menjadi sebuah kerajaan terkuat di Jerman. Politik Bismarck adalah Darah dan Besi (Druch Blut und Eisen), yaitu berusaha untuk memajukan negaranya dengan cara membangun industri secara besar-besaran dan juga diimbangi dengan pembangunan angkatan perang yang kuat.

2.      Tsar Peter Yang Agung (1689-1727) dari Rusia
Dengan kekuasaan penuh di tangannya, Tsar Peter Yang Agung berusaha untuk memajukan Kerajaan Rusia melalui beberapa cara, di antaranya mendatangkan teknisi-teknisi dari beberapa negara untuk membangun industri-industri di Rusia seperti: industri kapal, senjata, dan membangun armada-armada dalam usaha untuk memperkuat negaranya. Politik Tsar Peter Yang Agung yang terkenal adalah Politik Air Hangat. Politik Air Hangat adalah politik untuk mencari pelabuhan-pelabuhan yang tidak membeku pada musim dingin. Dengan politik air hangat ini Tsar Peter membangun kota baru di laut Baltik yang diberi nama ST. Petersburg. Kemudian kota ini dijadika sebagai ibu kota kerajaan Rusia, dan setelah revolusi Rusia tahun 1917 kota ini diubah namanya menjadi Leningrad.

3.      Raja Charles I (1625 – 1649) dari Inggris
Raja Charles I ingin membentuk kekuasan absolut di negerinya, tetapi usaha raja ini mendapat tantangan hebat dari parlemen di bawah pimpinan Oliver Cromwell. Akhirnya inggris diubah menjadi Republik dengan Cromwell sebagai kepala negaranya dan bergelar Lord Protector. Tindakan-tindakan yang diambil oleh Cromwell adalah sebagai berikut :
a. Raja Charles I dihukum mati.
b. Inggris diubah menjadi Republik (1649-1660)
c. Mengangkat dirinya sebagai kepala negara.

Dalam perkembangan selanjutnya kekuasaan parlemen semakin bertambah kuat dan pada tahun 1689 parlemen berhasil memaksa Ratu Merry untuk menandatangani piagam Bill of Right (Piagam Hak Azasi). Peristiwa Bill of Right ini merupakan suatu perubahan yang sangat besar dan mendasar tanpa pertumpahan darah dengan hasil yang gemilang, sehingga sering disebut dengan Glorious Revolution (revolusi yang maha agung).

*      Absolutisme Di Perancis
Di dalam bidang ekonomi, Menteri Jean Baptiste Colbert (1622-1683) sangat besar jasanya dalam melaksanakan politik ekonomi Merkantilisme. Sehingga pada masanya sering disebut dengan masa Colbertisme. Semua kewajiban perdagangan dan perekonomian diatur oleh pemerintah dengan tujuan untuk mendapat keuntungan dalam jumlah yang sangat besar. Pada masa kekuasaan Raja Louis XIV (1643-1715) kekuasaan absolutisme Perancis mencapai puncak kejayaannya. Terbukti dengan beberapa langkah yang ditempuh oleh Raja Louis XIV dalam masa pemerintahannya, diantaranya :
  1. Mematahkan benteng-benteng kaum Calvinist yang merupakan negara-negara kecil di dalam lingkungan kerajaan Perancis.
  2. Menghapuskan kekuasaan kaum bangsawan feodal dan raja-raja vasal, sehingga mereka tinggal menjadi tuan-tuan tanah.
  3. Fungsi dan peranan lembaga perwakilan rakyat dihapuskan pada pemerintaha Raja Louis XIV.
Ciri-ciri pemerintahan Raja Louis XIV adalah sebagai berikut :
  1. Memerintah tanpa undang-undang
  2. Memerintah tanpa dewan legislatif
  3. Memerintah tanpa kepastian hukum
  4. Memerintah tanpa anggaran belanja yang pasti
  5. Memerintah tanpa dibatasai oleh kekuasaan apapun.
Raja Louis XIV terkenal dengan ucapannya “L’etat c’est moi” (negara adalah saya) yang merupakan suatu semboyan abadi yang melukiskan bagaimana seorang raja absolut paling berhasil dikawasan eropa pada masa itu.
Masyarakat kota merupakan penentang utama terhadap sikap dan pemerintahan Raja Louis XIV.
Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
  1. Menjunjung tinggi azas persamaan
  2. Menjunjung tinggi kebebasan
  3. Penggunaan akal fikiran yang sehat dan serba perhitungan
  4. Kehidupan warga masyarakat kota yang bersifat liberalisme.
Akhirnya, Amerika Serikat berhasil memperoleh kemerdekaannya tanggal 4 juli 1776, dimana dalam perang itu Perancis memberikan bantuan kepada Amerika. Bantuan itu berupa pasukan sukarelawan dibawah pimpinan Jendral Marquis de Lavayette, sehingga sekembalinya di Perancis Ia menyebarkan semangat dan cita-cita kemerdekaan, kebebasan dan persamaan.
Tokoh-tokoh pembaharuan yang menentang kekuasaan absolutisme raja-raja Louis diantaranya :
1.      John Locke (1632-1704) seorang filsuf Inggris yang menganjurkan adanya undang-undang (konstitusi) dalam suatu kerajaan dan berpendapat bahwa manusia memiliki hak-hak sejak lahir seperti hak kemerdekaan, hak memilih, hak untuk memiliki dan sebagainya.
  1. Montesquieu (1689-1755)- Seorang filsuf berkebangsaan Perancis dalam bukunya L’Esprit des Lois (1748) (The Spirit of The Law) menyatakan bahwa suatu negara yang ideal adalah yang kekuasaannya dibagi atas tiga kekuasaan yaitu:
  • Legislatif (pembuat Undang-Undang)
  • eksekutif (pelaksana Undang-Undang)
  • Yudikatif (mengadili setiap pelanggar undang-undang)
Ketiga hal diatas sering disebut dengan Trias Politica


3.      Jean jacques Rousseau (1712-1778)
Seorang filsuf Perancis dalam bukunya yang berjudul Du Contract Social (Perjanjian  Masyarakat), mengatakan bahwa manusia sejak lahir adalah sama dan merdeka. Oleh karena itu ian menganjurkan sistem pemerintahan demokrasi atau kedaulatan rakyat dengan semboyan ” dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”

*      Sebab-sebab Revolusi Perancis dan Perkembangannya
Sebab khusus terjadinya revolusi Perancis adalah karena masalah penghamburan uang negara yang dilakukan oleh permaisuri raja Louis XVI yakni Marie Antoinette beserta putri-putri istana lainnya. Klimak dari situasi tersebut adalah serangan terhadap penjara Bastille tanggal 14 juli 1789. Penjara ini merupakan lambang kekuasaan dan kesewenangan raja-raja Louis.
Semboyan revolusi perancis adalah Liberte (liberty = kebebasan), Egalite (Equality = persamaan), Fraternite (Fraternity = persaudaraan). Lagu kebangsaan perancis adalah La marseillaise dan tanggal 14 juli diperingati sebagai hari nasional Perancis.

Kerajaan Perancis diubah menjadi sebuah republik dan diperintah oleh pemerintahan Terror atau Reign of Terror (suatu sistem pemerintahan dengan cara-cara diktator).

Pada tahun 1795. Untuk menggantikan sistem pemerintahan Terror itu dibentuk sistem pemerintahan Directorie (1795-1799), tetapi tidak berhasil mengatasi kekacauan-kekacauan yang terjadi di Perancis.
Keadaan seperti ini memberikan kepada seorang Jenderal muda yang bernama Napoleon Bonaparte untuk menyelamatkan negara Perancis dari kekacauan pergolakan dan peperangan. Keberhasilan ini membawa namanya terkenal dan mendapat kepercayaan dari rakyat Perancis untuk menjadi pemimpin, sehingga rakyat Perancis mengangkatnya menjadi seorang konsul pada Republik Perancis pada tahun 1799.

*      Akibat Revolusi Perancis :
1.Bidang Ekonomi
·         timbulnya industri-industri di Eropa
·         kehidupan perdagangan beralih dari pantai ke pedalaman
·         Inggris Kehilangan pasar di Eropa, karena Perancis menjalankan politik kontinental














ANALISIS
           
            Di  dalam sebuah kehidupan sosial yang serba memiliki banyak perbedaan, sering memicu terjadinya konflik. Terkadang konflik itu sengaja di ciptakan dengan memiliki suatu maksud atau suatu rencana yang mampu memberikan suatu keuntungan bagi pihak yang menciptakan konflik itu. Tetapi, ada pula konflik yang tanpa di sadari muncul akibat sebuah kekuasaan maupun tindakan yang semena-mena oleh penguasa yang akhirnya mampu memicu kemunculan konflik. Namun, kemunculan konflik tidak hanya di pengaruhi oleh kekuasaan saja, tapi konflik bisa muncul karena adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Dalam masyarakat apabila seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi di banding orang lain maka orang itu mampu menguasai orang yang statusnya lebih rendah.
            Dulu di Eropa sebelum adanya revolusi Perancis, berkembang sebuah ajaran yang bernama ajaran Niccolo Machiavelli. Maksud dari ajaran Niccolo Machiavelli yaitu ajaran yang mendukung kekuasaan raja secara mutlak. Ia menulis dalam bukunya yang berjudul II Principe (atau The Prince artinya Sang Raja). Dalam bukunya itu dijelaskan bahwa kekuasaan raja yang absolut dengan kekuasaan yang tak terbatas baik dalam kekuasaan terhadap suatu negara termasuk didalamnya harta, dan rakyat yang berada di dalam wilayah kekuasaannya. Itu berarti dalam menjalankan suatu pemerintahan raja tidak memikirkan kesejahteraan rakyatnya, namun raja hanya memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri. Semena –mena dalam menjalankan pemerintahan, karena dia berfikir yang paling berkuasa dan yang paling mampu menguasai rakyat.
Penguasa itu hanya berfikir  ingin memperoleh keuntungan yang banyak untuk kesejahteraannya. Yang mana seharusnya seorang pemimpin mampu memberikan kehidupan yang yang layak dan lebih memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya daripada kesejahteraan untuk dirinya sendiri. Kekuasaan dengan ajaran Machiavelli, banyak di ikuti oleh para raja Eropa sekitar abad ke-17 contohya seperti Raja Frederick II, Tsar Peter Agung, Kaisar Joseph II, Raja Charles I dan juga raja-raja Louis dari Prancis.
1.      Raja Frederick II (1740-1786) dari Prusia dalam menerapkan kekuasaan yang sifatnya seperti ajaran Machiavelli, Raja Frederick menggunakan Politik Bismarck adalah darah dan besi (Druch Blut und Eisen), yaitu berusaha memajukan negaranya dengan cara membangun industri secara besar besaran tetapi juga di imbangi dengan pembangunan angkatan perang yang kuat. Hal itu dilakukan agar Kerajaan Prusia bisa menjadi kerajaan yang terkuat di terkuat di Jerman.
2.      Tsar Peter Agung (1689-1727) dari Rusia berbeda dengan Raja Frederick, dengan adanya kekuasaan yang penuh berada ditangannya, Tsar Peter Agung memajukan Kerajaan Rusia di lakukan dengan beberapa cara antara lain, dengan mendatangkan tehnisi- tehnisi yang berasal dari beberapa negara guna membangun industri- industri di Rusia. Seperti senjata, industri kapal dan juga membangun armada- armada dengan tujuan untuk memperkuat negaranya. Politik terkenal dari Tsar Peter Agung yaitu politik Air Hangat. Maksud dari Politik Air Hangat adalah politik untuk mencari pelabuhan- pelabuhan yang tidak membeku pada saat musim dingin. Dengan politik ini Tsar Peter Agung membangun kota baru di laut Baltik yang di beri nama ST.Petersburg.
3.      Raja Charles 1 (1625-1649) dari Inggris, Raja Charles ingin membentuk kekuasaan yang absolut di negerinya, namun rencananya itu mendapat tantangan yang hebat dari parlemen di bawah pimpinan Oliver Cromwell. Hingga akhirnya Inggris di ubah menjadi Republik dengan Oliver Cromwell sebagai kepala negaranya dan bergelar Lord Protector.  Adapun beberapa tindakan yang di lakukan oleh Oliver Cromwell yaitu:
a.Raja Charles 1 di hukum mati.
b.Inggris di ubah menjadi republik (1649-1660).
c.Mengangkat dirinya sebagai kepala negara.
Dalam perkembangannya kekuasaan parlemen semakin bertambah kuat. Hingga pada tahun Hak Asasi). Peristiwa piagam Bill Of Right ini merupakan suatu perubahan yang sangat besar tanpa adanya pertumpahan darah dengan mendapatkan hasil yang gemilang. Hingga sering di sebut sebagai Glorious Revolution (Revolusi Maha Agung).

*      Absolutisme Perancis
Dalam bidang ekonomi, Menteri Jean Baptiste Colbert (1622-1683) sangat besar jasanya dalam melaksanakan politik Ekonomi Merkantilisme. Sehingga pada masa itu di sebut dengan masa Colbertisme. Semua hal yang menyangkut perdagangan dan perekonomian di atur oleh pemerintah dengan tujuan untuk mrmperoleh keuntungan dengan jumlah yang sangat besar. Pada masa kekuasaan Raja Louis XIV (1643-1715), kekuasaan absolutisme Perancis mencapai puncak kejayaan. Hal ini dapat di lihat dari beberapa bukti seperti pada masa pemerintahannya, Raja Louis menghapuskan kekuasaan kaum bangsawan feodal dan raja-raja vasal, sehingga mereka tinggal menjadi tuan-tuan tanah, selain itu juga fungsi dan peranan lembaga perwakilan rakyat dihapuskan pada pemerintahan Raja Louis XIV.
Beberapa ciri- ciri pemerintahan Raja Louis diantaranya memerintah tanpa undang- undang, memerintah tanpa kepastian hukum, dan memerintah tanpa di batasi oleh kekuasaan apapun. Raja louis juga terkenal dengan ucapannya yaitu  “L’etat c’est moi” (negara adalah saya). Dengan semboyan itulah absolutisme Perancis masa pemerintahan Raja Louis merupakan absolutisme yang paling berhasil di kawasan Eropa pada masa itu. Namun , banyak masyarakat kota yang menentangnya dan tidak suka dengan pemerintahan Raja Louis. Karena mereka memiliki sifat seperti menjunjung tinggi persamaan, dan menjunjung tinggi kebebasan. Selain itu ada juga tokoh- tokoh yang juga menentang pemerintahan Raja Louis salah satu diantaranya adalah John Locke (1632-1704) seorang filsuf Inggris berpendapat bahwa sesungguhnya manusia sejak lahir memiliki hak kebebasan.

*      Adapun beberapa sebab terjadinya Revolusi Perancis:
Sebab khusus yaitu penghamburan uang negara yang di lakukan oleh permaisuri Raja Louis XIV yaitu Marie Antoinette beserta putri-putri istana lainnya. Klimak dari peristiwa ini adalah serangan terhadap Penjara Bastille 14 Juli 1789. Penjara ini merupakan lambang kekuasaan dan kesewenangan raja-raja Louis.
Semboyan revolusi perancis adalah Liberte (liberty = kebebasan), Egalite (Equality = persamaan), Fraternite (Fraternity = persaudaraan). Lagu kebangsaan perancis adalah La marseillaise dan tanggal 14 juli diperingati sebagai hari nasional Perancis.

*      Akibat Revolusi Perancis
Bidang Ekonomi
v  timbulnya industri-industri di Eropa
v  kehidupan perdagangan beralih dari pantai ke pedalaman
v  Inggris Kehilangan pasar di Eropa, karena Perancis menjalankan politik kontinental
Dari semua hal yang telah di jelaskan di atas dapat di kaitkan juga dengan pandangan yang di utarakan ole Max Weber “mengenai rasionalitas”. Rasionalitas adalah salah satu jenis alasan yang mendasari tindakan manusia. Suatu tindakan di katakan rasional apabila, tindakan itu di maksudkan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya tujuan- tujuan lain dan alat- alat atau cara yang di anggap paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuan. Rasionalitas tindakan yang demikian itu di sebut sebagai rasionalitas instrumental. Dari Revolusi Perancis itu dapat dilihat contoh rasionalitas instrumentalnya di bidang ekonomi, Menteri Jean Baptiste Colbert (1622-1683) yang telah berjasa melaksanakan Politik Ekonomi Merkantilisme. Sehingga, semua hal yang mengenai perdagangan dan perekonomian di atur oleh pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah yang sangat besar.
Selain itu ada pemikiran lain dari Max Weber mengenai Tipe Otoritas yang meliputi:
1.Otoritas tradisional dasarnya kedudukan tradisi jaman dulu, legitimasi status menggunakan otoritas yang dimilikinya.
2.Otoritas kharismatik, dasarnya mutu atau kualitas luar biasa yang dimiliki pemimpin itu sebagai seorang pribadi.
3.Otoritas Legal Rasional adalh otoritas yang di dasarkan terhadap seperangkat peraturan yang di undangkan secara resmi dan diatur secara impersonal.
Dari paparan tentang Revolusi Perancis ada salah satu tokoh yang masuk dalam Otoritas kharismatik yaitu Oliver Cromwell yang mampu menentang usaha Raja Charles 1 untuk membentuk kekuasaan yang absolut di negerinya, dengan parlemen Oliver Cromwell. Lalu dia juga mengubah Inggris menjadi Republik. Dan dia juga yang mengangkat dirinya menjadi kepala negara, dan bergelar Lord Protector.













DAFTAR PUSTAKA

Faruk.2010.Pengantar Sosiologi Sastra:dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Soelaeman,M.Munandar.1987.Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial.Bandung:PT Refika Aditama.













                       




Rabu, 25 Desember 2013

BALI AGA TENGANAN



RABU, 3 JUNI 2013

    KAJIAN ETNOGRAFI


DESA BALI AGA TENGANAN TANPA KASTA

A.    PENGANTAR
 Berbicara tentang  Pulau Bali banyak hal yang membuat kita tertarik. Meski hanya sebuah pulau yang memiliki wilayah tidak terlalu luas, namun letaknya yang di kelilingi lautan membuat tempat ini memiliki banyak tempat pariwisata. Seperti wisatawan dapat menikmati wisata tanah lot, pantai sanur dan masih banyak lagi. Tempat pariwisata di Bali ini, sudah terkenal sampai ke mancanegara. Bahkan bagi orang- orang luar negeri di jadikan suatu kebutuhan mengunjungi Pulau Bali ini, dengan segala macam tujuan mereka. Ini dapat di lihat dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali dari tahun ke tahun. Meski tidak hari libur tetap saja tempat wisata di Bali ini di penuhi oleh pengunjung. Apalagi di saat hari libur, sudah tentu tempat ini sesak pengunjung. Bagi mereka para pengunjung yang suka berpetualang atau pun yang suka melakukan penelitian fenomena sosial yang unik, dan mungkin di desa Bali pada umumnya kita akan jarang menemukannya. Karena kebanyakan orang saat berwisata ke Bali hanya mengunjungi tempat- tempat yang populer saja di Bali. Padahal di Balik semua itu, ada sebuah Desa di Bali yang sangat menarik untuk di kunjungi yang tak lain adalah Desa Bali Aga Tenganan.

B.     GAMBARAN UMUM BALI AGA TENGANAN
Fenomena itu bisa kita lihat bila kita berkunjung di Desa Bali Aga Tenganan. Desa ini masih tradisional dan masih memegang adat istiadat yang masih kental. Dan banyak keunikan yang terdapat di desa ini. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Desa Tenganan ini, di apit oleh 3 buah bukit yaitu di bagian belakang, kanan, dan kiri desa. Dulu tak banyak orang yang tau tentang Desa Bali Aga Tenganan ini. Mungkin yang membuat desa ini tidak begitu terkenal karena awalnya memang tidak ada suatu di rencanakan untuk membuat desa ini sebagai sebuah desa wisata.
Dan juga awalnya pihak kepala desa tidak ingin desa ini mendapat pengaruh dari luar, karena di takutkan akan membuat  adat istiadat yang masih kental yang menjadi identitas Desa Tenganan ini, luntur. Dan juga di takutkan mengganggu ketentraman dan ketenangan warga desa. Namun, seiring perkembangan jaman desa ini mulai banyak di kenal orang. Mulai dari para wisatawan yang ingin melakukan penelitian, para pengunjung yang sekedar ingin menikmati pemandangan di sana ataupun yang ingin membeli kerajinan di sana, dan juga para mahasiswa yang ingin melakukan penelitian. Karena memang desa ini sangat bagus untuk di jadikan sebagai obyek penelitian.
Namun tidak sampai di situ saja. Desa Tenganan ini juga mendapat julukan sebagai  Desa Tenganan Pegringsingan. Karena disana terdapat kerajinan membuat kain grinsing. Yang mana kerajinan ini tidak di temukan di tempat lain. Selain itu Bali Aga Tenganan memiliki banyak keunikan lagi. Seperti di Bali Aga Tenganan ini menolak adanya retribusi bagi para pariwisatawan, tidak mengenal adanya sistem kasta, dan juga dalam merayakan hari Raya Nyepi berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya.

C.    ARTI  ISTILAH KASTA
Sistem kasta atau biasa di sebut kasta adalah jenis struktur sosial yang membagi masyarakat berdasarkan status sosial yang di wariskan. Uraian lebih luas ditemukan pada Encyclopedia Americana Volume 5 halaman 775; asal katanya adalah “Casta” bahasa Portugis yang berarti kelas, ras keturunan, golongan, pemisah, tembok, atau batas. Selain itu istilah “kasta” dalam sosiologi dapat di artikan sebagai stratifikasi sosial. Menurut Pitirin A. Sorokin stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas- kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas- kelas tinggi dan kelas yang rendah.

D.    KEUNIKAN DESA TENGANAN
Biasanya kasta di Bali di gunakan sebagai pembeda antara satu golongan dengan golongan yang lain. Dengan adanya sistem kasta itu membuat antar golongan merasa paling berkuasa dan ada golongan yang di kuasai atau sebagai kelas bawah. Itu fenomena sosial yang kita lihat di Bali pada umumnya. Bila kita lihat di Bali Aga Tenganan fenomena itu tidak akan pernah kita jumpai. Penuturan dari bapak selaku kepala desa di Desa Tenganan, nenek moyang mereka dulu menganut kepercayaan Dewa Indra yang mana kepercayaan ini merupakan suatu kepercayaan yang masih murni belum mendapat campur tangan dari Majapahit.
Menurut mereka keadaan yang seperti ini akan membuat desa ini tetap damai jauh dari perselisihan, karena bila seseorang beranggap bahwa mereka sama, sederajat maka bentuk- bentuk  penindasan pada kaum yang lemah tidak akan terjadi. Karena merasa sama, dalam menjalani rutinitas sehari- hari banyak di lakukan secara gotong royong. Seperti saat akan melakukan sebuah upacara, antar penduduk saling bahu- membahu tanpa mempedulikan mana orang kaya dan mana orang miskin, mana pejabat tinggi dan mana orang biasa. Semua terlihat selaras. Pada saat melakukan upacara sehari- hari maupun upacara yang di lakukan hanya sebulan sekali atau setahun sekali pakaian adat yang mereka kenakan semuanya sama. Tidak terlihat pakaian yang mewah ataupun pakaian yang biasa.
Hanya saja antara pakaian yang di pakai untuk upacara yang besar dengan upacara yang di lakukan sehari- hari berbeda. Sudah ada penetapan antara pakaian yang di pakai saat upacara sehari- hari dan upacara yang sifatnya besar. Setiap jengkal tanah di sana adalah tanah milik desa baik di mulai dari pemukiman, hutan, kebun, dan sawah. Semua lahan yang ada adalah milik bersama dan di kelola bersama. Tidak ada hak kepemilikan pribadi. Semua warga desa berhak atas semua tanah yang ada di sana. Bagi mereka yang tidak memiliki lahan untuk tempat bertani ataupun berkebun akan di berikan sebuah lahan tanpa di kenakan biaya. Kebun dan lahan yang ada di kelola bersama dengan perbandingan 1:1 antara pemilik kebun atau lahan dengan pihak yang merawatnya. Biasanya pihak yang merawat kebun maupun lahan berasal dari luar Desa Tenganan. Tetapi meskipun pihak yang merawatnya tidak berasal dari dalam desa, warga desa dan pihak yang merawat sudah ada suatu kepercayaan.
Hingga bagi warga tidak ada perasaan curiga terhadap pihak yang merawat kebun maupun lahan mereka. Keserakahan yang akan merusak hubungan sosial di antara mereka sangat di hindari. Bila nanti panen maka akan di adakan sistem bagi hasil. Segala hal yang selalu di lakukan, yang di wujudkan dengan tindakan yang serba setara tidak lain untuk kesejahteraan warga Tenganan dan juga bagi penduduk luar yang bekerja untuk mereka. Keadilan di Desa Tenganan sangat di junjung tinggi. Selain itu penduduk Bali Aga Tenganan tanpa kasta dapat di lihat dari bentuk rumah yang ada di Desa Bali Aga Tenganan. Semua warga di Tenganan membuat rumahnya semua sama. Tiang rumah terbuat dari kayu , tembok  rumah juga dari kayu dan atapnya dari daun  rumbia.
Karena menurut penuturan kepala desa di sana seharusnya warga Tenganan bisa menggunakan atap dari genting tetapi bila menggunakan atap dari genting untuk membeli gentingnya jaraknya lumayan jauh dari Desa Tenganan. Untuk itu warga desa di sana memilih memakai daun rumbia. Selain itu, bila memproduksi genting dan bata merah sendiri di takutkan akan merusak kestabilan tanah. Yang setiap hari harus di ambil untuk pembuatan genting. Hanya aula yang di gunakan sebagai balai pertemuan yang di beri atap genting dan di tengahnya di buat seperti pure yang di keramatkan yang mana pure itu di buat dari bata merah. Bila diteliti lebih dalam, mungkin hanya terlihat sedikit perbedaan dalam hal luas rumah. Ada rumah yang terlihat agak lebih luas. Dan mungkin bagi warga yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi di bandingkan yang lain bisa di lihat dari fasilitas yang ada di rumah mereka.
Seperti ada televisi, yang mungkin bagi sebagian warga ada yang tidak memiliki. Tetapi meski begitu, semua itu tidak di jadikan sebagai suatu ukuran yang dapat membedakan antara warga yang satu dengan warga yang lain. Karena kehidupan yang di jadikan patokan untuk seluruh warga masyarakat Tenganan adalah kehidupan yang tak mengenal kasta, maka dalam kehidupan mereka tidak ada rasa ingin menjadi yang paling baik. Apapun yang mereka miliki di anggap setara. Contohnya lagi dalam hal pekerjaan. Bagi seseorang yang mungkin lulusan dari perguruan tinggi,  bila dia menetap di luar Desa Tenganan mungkin orang itu bisa mencari pekerjaan yang sesuai dengan lulusan pendidikannya. Tetapi karena orang itu mungkin memilih untuk  menetap di Desa Tenganan maka orang itu mungkin hanya bekerja mengelola kebun atau pun membuat kerajinan. Dia tidak bisa memilih pekerjaan selayaknya orang yang tinggal di luar Desa Tenganan. Karena keterbatasan ruang untuk bergerak. Maksudnya adalah tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Kalau pun bisa memperoleh sebuah pekerjaan yang lebih baik kemungkinan hanya bisa menjadi kepala desa.  Bila ada orang yang sudah menetap di Desa Tenganan tapi orang itu memilih untuk bekerja di luar daerah Tenganan, maka orang itu sudah di anggap bukan lagi warga Tenganan. Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa kehidupan di Desa Tenganan tidak membedakan status antar warga, dimaksudkan agar tetap terjalin rasa saling memiliki antar warga Desa Tenganan.

E.     PENUTUP
Kemunculan Bali Aga Tenganan mungkin sudah ada sejak lama. Tetap, bagi sebagian orang tidak terlalu banyak yang tau. Di Desa Tenganan banyak terdapat keunikan. Di samping itu desa ini juga merupakan desa tradisional yang masih memegang teguh  adat istiadat. Tradisi yang murni terdapat di sana. Banyak pengetahuan yang bisa kita pelajari di sana. Kita bisa belajar akan kesetaraan, rasa kebersamaan, dan gotong- royong. Rumah- rumah yang masih tradisional tanpa ada unsur modern masih terlihat di sana. Untuk itu,  kelestarian adat istiadat di Desa Tenganan ini wajib di jaga. Agar generasi mendatang bisa mengunjungi tempat ini. Dengan tujuan untuk study atau pun hanya sebatas berkunjung.


DAFTAR PUSTAKA


 Soekanto,Soejorno.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers.